Di Amerika Serikat, Nakes (dokter, nurse, apoteker dan tenaga kesehatan lain) wajib mengambil kursus pendidikan setiap tahun, lamanya satu sampai 3 bulan, agar tidak ketinggalan dengan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan.
Selain pendidikan, untuk yang non ASN/PNS boleh selang seling, artinya tahun ini ikut pendidikan, tahun depan “menyumbangkan” ilmunya ke masyarakat.
Istri, karena bukan ASN/PNS, maka dia selang seling, tahun ini ikut kursus pendidikan, tahun lalu menjadi konsultan di sebuah Community Health Center atau semacam Puskesmas kalau di Indonesia.
Sambil jalan pagi, tiba tiba dia bilang:”ternyata di mana mana sama saja, yaitu orang orang yang RENDAH pendidikan itu cenderung pembohong dan miskin!”
Bagaimana jalan ceritanya sampai ada koneksi antara pendidikan dengan karakter suka berbohong dan miskin?
# Posting penting:
- Teman Teman SMA Anak – Adakah yang Menjadi Petani?
- Mewariskan Harta Untuk Anak – Tragedy of Common – Psikologi 3
- Apakah Semua Lansia Indonesia Bisa Dapat Pensiun? - Tibak 41
- IQ Indonesia Setara Timor Leste – TERENDAH di ASEAN
Ketika menjadi konsultan di salah satu Community Health Center (Puskesmas), istri ditanya kenapa partisipasi masyarakat pinggiran kota Amerika Serikat yang mau ikut program vaksinasi sangat rendah.
Padahal brosur sudah dikirim ke semua rumah yang jadi wilayah kerja Puskesmas. Begitu juga dengan spanduk, sudah dipasang di mana mana.
Untuk menjawab pertanyaan ini, istri kemudian mengecek data pasien yang pernah berkunjung di Puskesmas tersebut.
Data pasien, berdasarkan isian yang mereka lakukan sendiri, ternyata pendidikannya SMA atau di atas SMA.
Benarkah?
Kemudian, istri minta staf di puskesmas untuk memanggil pasien yang pernah berobat di Puskesmas datang secara sukarela. Ada 13 pasien yang datang.
13 pasien tersebut dites dengan menggunakan metodelogi standar untuk mengetahui kemampuan membaca seseorang. Hasilnya, kemampuan mereka membaca setara dengan murid kelas 3 dan 4 SD (Sekolah Dasar).
Artinya?
Mereka BERBOHONG dalam mengisi formulir tentang tingkat pendidikan mereka.
Sementara brosur yang disebarkan menggunakan bahasa untuk pasien yang berpendidikan minimal SMA.
Jadi isi brosur yang banyak menggunakan istilah tehnis kesehatan TIDAK nyambung dengan kemampuan membaca pasien.
Jalan keluar?
Brosur harus diubah dengan bahasa sederhana setingkat kelas 3 dan 4 SD. Mereka bisa memahami, dan anak anak mereka juga bisa memahami isi brosur.
Terakhir, ketika dicek penghasilan si pasien, ternyata juga mereka kategori miskin.
Kesimpulannya, orang yang rendah pendidikan selain cenderung berbohong, juga miskin!!
Itu di Amerika Serikat, bagaimana dengan Indonesia?
# Posting sebelumnya:
- Strategi Warga Indonesia Menguasai Amerika Serikat: Pakai Otak, Bukan Caci Maki dan Kebencian - Tibak 6
- Harus Appointment Kalau Mau Ke Bengkel di Amerika
- Inflasi Karena CONGOK disebut Greedflation