Dulu ada buku judulnya kira kira "Mati Ketawa Ala Rusia," kalau sekarang mngkin bisa dibuat MATI karena hal hal berikut.
MATI dilaporkan ke Polisi karena soal Firaun. Entah siapa si Firaun ini, sampai mengundang kemarahan menyebut namanya.
MATI matian membela presiden karena kata "Bajingan TOLOL." Kalau presiden TIDAK Tolol dan bajingan, kenapa bawa bawa ke polisi?
Banyak hal hal paradok berlangsung setiap hari di orde "anak, menantu, ipar" menjadi pejabat publik.
Hampir setiap hari selfie di sawah, tapi tanpa rasa malu impor beras dari Singapura, negara yang tidak punya sawah. Setiap saat ke pasar, tetapi merasa kaget harga ayam Rp52 ribu sekilo., kaget minyak goreng tak ada, kaget harga jagung naik.
Ya, cuma kaget saja dari waktu ke waktu. Kalau bisanya cuma kaget, lalu apa bedanya antara presiden dan Firaun?
Apakah presiden kaget, ketika terjadi "NKRI Harga Mati Kelaparan?"
Kalau di foto foto yang beredar, presiden mikul karung beras malam hari, kemudian membagikannya ke rumah rumah.
Seolah olah, rakyat Indonesia kekenyangan, karena punya presiden bagi bagi beras langsung ke rakyat.
Tapi, betapa kagetnya, ada berita rakyat MATI lapar. Ini bukan sekali, sudah beberapa kali rakyat MATI lapar.
MATI kelaparan di negara yang kononnya punya presiden merakyat!!