Megawati
tidak diakui oleh Orde Baru “idem dito” presiden Suharto, ketika
terpilih sebagai Ketua Umum (Ketum) dalam kongres PDI tahun 1993.
Megawati
dan Suharto (credit
to Google)
Presiden
Suharto lebih “mengakui” Budi Harjono. Namun demikian, Megawati
TIDAK bergeming, tetap melakukan konsolidasi sebagai Ketum PDI.
Kemudian,
Orba mensponsori Kongres PDI di Medan tahun 1996. Tentu saja yang
direstui Orba terpilih sebagai Ketum.
Apakah
Megawati diam?
No
way…..
Putri
Bung Karno itu tetap Ketum PDI, diakui atau ditolak oleh Orba.
Perlawanan
Megawati TIDAK berhenti sebagai Ketum “de facto.” tetapi secara
terang terangan meng-endorse PPP dalam pemilu terakhir Orba, tahun
1997.
Mega
Bintang adalah istilah yang populer saat itu.
Unprecedented.
Berani luar biasa, kata seorang dosen di Australia National
University (The ANU).
Terus,
siapa dua presiden lain yang dilawan Megawati?
SBY
tentunya. Anda pasti sudah tahu masalahnya. Megawati “sanggup”
miskin jabatan, karena menolak apapun yang ditawarkan SBY selama dua
periode.
Bahkan,
menurut banyak pengamat bahwa Megawati rela “cerai politik”
dengan almarhum suaminya, Taufik Kiemas.
Sekali
lagi, Megawati menunjukkan kelasnya tersendiri dalam memegang
prinsip: Tidak Bisa Ditundukkan oleh Siapapun.
Sekali
TIDAK, akan seterusnya TIDAK. Pokoknya TIDAK. Titik!
“Enak
aja, emangnya ini negara punya nenek monyang dia,” kira kira
jawaban Megawati ketika ditanya wartawan soal presiden Jokowi 3
periode.
Padahal,
Jokowi yang seperti biasa “pura pura” nggak mikir copras capres,
apalagi copras capres 3 periode, sudah diendus oleh banyak pihak
sedang mempersiapkan “jalan tol” menuju periode ketiga.
Bukti
terang benderang dengan “deklarasi” 3 partai mendukung jabatan
copras capres 3 periode.
Sekocipun
sudah disiapkan dengan yang namanya koalisi KIB. Kasar dan kasat
mata.
Sejauh
ini, Megawati TIDAK bergeming dengan “rayuan gombal” untuk
mendudukkan Puan sebagai Wapres Jokowi 3 periode.
Bagaimana
dukungan terhadap Ganjar Pranowo sebagai Capres PDIP 2024?
Dengan
“track record” Megawati, tentu saja ribut ribut “peliharaan”
Ganjar Pranowo di Medsos tidak akan mengubah langkah sang Ketum PDIP.
Artinya?
Siapapun capres PDIP 2024 adalah hak prerogatif KETUM.
Apakah
Ganjar Pranowo berani terus “menggonggong” ketentraman anak
biologis “sang putra fajar?”
Episod
menarik yang kita tunggu!
#
Posting sebelumnya: