Istilah stagflation sudah saya singgung di posting sebelumnya. Tulisan tahun lalu (2021) ini TERBUKTI benar:
- Krisis Energi – Apakah Harga BBM di Indonesia Akan Naik?
Dimana kenaikan harga minyak (BBM) akan punya efek beruntun, yaitu
- inflasi tinggi akan menekan demand (konsumsi)
- efek berikutnya adalah pertumbuhan ekonomi stagnanasi atau mandek
- terus, akan mengakibatkan pengangguran.
Soal konsumsi yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, dimana konsumsi rendah mengakibatkan pertumbuhan rendah, sudah ditulis di posting sebelumnya:
- Ekspor MEROKET – Kenapa Pertumbuhan Nyungsep?
Stagflation pertama kali terjadi di Inggris tahun 1970an, ketika embargo OPEC yang menyebabkan harga minyak naik tajam.
Apakah stagflation atau gejala stagflation juga terjadi di Indonesia saat ini?
Mari kira lihat data inflasi dan data pertumbuhan ekonomi setelah bulan April 2022, ketika BBM diumumkan naik oleh presiden Jokowi.
Data diambil dari berbagai sumber yang bisa diakses oleh publik.
BBM naik bulan April 2022 dan naik kembali bulan Juli 2022
“Apa efeknya terhadap inflasi?”
Bulan April inflasi cuma 3,47% naik menjadi 3,55% bulan Mei, kemudian naik lagi menjadi 4,35% di bulan Juni 2022.
Apapun prediksi, inflasi tetap bertengger di kisaran 4% bulan Juli 2022. Lebih tinggi dari sebelum kenaikan BBM.
“Apa efeknya terhadap pertumbuhan?”
Kuartal 1 sebesar 5,01%.
Kuartal 2, berdasar prediksi presiden Jokowi pertumbuhan ekonomi Indonesia
Artinya? Pertumbuhan ekonomi slow down alias stagnant alias mandek. Jauh dari angka 7% seperti yang ditargetkan.
Kesimpulan? Gejala stagflation sudah nampak karena kenaikan harga BBM!!
# Posting sebelumnya: