Di negara maju, kalau angka “polling” atau suvey tertinggal “double digit” atau 10% ke atas, maka dikatakan “brutal.”
Disebut apa, jika tertinggal “triple digit” atau 100%?
Angka yang “berdarah darah” namanya, atau “bloodbath.” Juga disebut “mandi darah.”
Dalam tujuh hari terakhir ini, “traffic medsos” di Tanjung Pinang, ibukota propinsi Kepri menunjukkan angka:
- Isdianto – Suryani, 100%
- Ansar Ahmad – Marlin, 0%
- Soerya Respationo – Iman, 0%
Di negara maju, jika putra daerah mendapat angka 0% di kota kelahirannya adalah pertanda “petaka” politik.
Kenapa?
Sebagai putra daerah, berarti anda lahir di kota itu. Otomatis anda punya:
- teman dari TK, SD, SMP dan SMA
- punya tetangga yang mengenal anda.
- punya teman bermain.
Angka 0% berarti PENTUNGAN besar atau anda DIGEBUK habis dari orang orang yang mengenal anda! Ada yang salah dengan diri anda.
TEPONGKENG kata teman saya yang orang Melayu pulau Penyengat!!
BENAR, almarhum M. Sani kalah di tempat kelahirannya tahun 2005. Tapi tidak 0%, angkanya yaitu 49.1% Vs 45.5%.
Kemudian MENANG dua kali berturut turut di Karimun, yaitu tahun 2010 dan 2015. Angka kemenangannya sangat FANTASTIK.
Untuk Pilpres di era reformasi, TIDAK ada presiden yang kalah di tempat kelahirannya. SBY dan Jokowi menang dua kali berturut turut di Jatim dan Jateng.
Kira kira ada sebab lain dari angka 0%?
-------------------------------------------
Silahkan baca media media online, diantaranya: wartakepri; batamclick; lintaskepri dan marwahkepri, dimana hampir semuanya pernah punya berita dengan judul yang hampir sama:
- Milenial Tanjungpinang Salut Isdianto Tak Haus Jabatan
Kata “Tak HAUS Jabatan” menjadi titik fokus perhatian milenial Tanjungpinang dan menjadi fokus judul berita.
Dari sini orang awam BISA menarik kesimpulan bahwa paslon gubernur lain adalah paslon SERAKAH atau TAMAK!!
# Anda CUMA pengemis suara rakyat, tak ada yang perlu anda banggakan.
## Bersambung!!