Boneka,
hanya ilustrasi (credit to Etsy)
Sebagai
seorang dokter, aku selalu memulai diagnosa dari kondisi tertentu:
Apakah dia mengatakan sakit
tenggorokan?
Orang
tuanya serentak menjawab tidak.... tidak... Si anak mengatakan tidak
sakit tenggorokan.
Apakah
tenggorokanmu sakit? Tambah si emak ke anak. Tapi ekspresi wajah
gadis kecil itu tidak berubah.
Sudah
kamu cek dengan mengobservasi langsung?
Saya
telah mencoba, kata si emak, tapi tak melihat apapun.
Saat
kejadian, ada sejumlah kasus "diptheria"
di bulan terakhir ketika
si anak bersekolah dan kami telah menduga duga bahwa si anak
terjangkit, meskipun tak seorangpun mengatakan hal yang sama.
Baiklah,
kataku, kita periksa tenggorokan dulu. Aku tersenyum dengan cara
seorang dokter profesional dan bertanya nama si anak. Ayo, Mathilda,
buka mulutmu dan kita lihat tenggorokanmu.
Tak
terjadi apa apa.
Aw,
ayo, aku membujuk, coba buka mulut agar aku bisa memeriksa
tenggorokanmu.
Lihat,
kataku dengan membuka kedua tangan lebar lebar, tidak ada sesuatu
apapun di tanganku. Ayo buka, dan biar aku periksa.
Emak
si anak berujar, ayo, betapa baiknya dokter denganmu. Buka mulut,
seperti yang dia katakan padamu. Dokter takkan menyakitimu.
Aku
cemas dengan gigi gemertak pelan. Jika tidak ada kata “menyakitimu,”
aku mungkin telah memaksa anak perempuan itu.
Tapi,
aku tak perlu terburu buru, bicara dengan lembut dan pelan terus
membujuk si anak.
Saat
aku menggerakkan kursiku agak sedikit mendekat, tiba tiba dengan
gerakan seperti kucing, kedua tangan si anak berusaha mencakar
mataku, dan hampir saja usahanya mengenai sasaran.
Kacamataku
tersentuh dan melayang beberapa meter dariku, kemudian jatuh di
lantai dapur. Untungnya tidak pecah
#
Bersambung
ke bagian 3
Diterjemahkan
dan
dimodifikasi
dari judul asli: The
Use of Force oleh William Carlos Williams.
Cerpen
ini dikarang
sebelum tahun 1963.