Lukisan
jam oleh Gerald Murphy.
Terlebih
dulu, silahkan baca bagian satu: Cerita Tentang Jam – Cerpen 1 – bagian 1
Sekarang dadanya naik dan turun dengan kacau. Ny. Mallard mulai menyadari kondisi semacam ini telah menjadi bagian hidup, dan berusaha untuk mengalahkannya – meskipun dalam kondisi tak berdaya dengan dua tangan yang kelihatan kurus.
Ketika
dia menerawang nasib, ada kata seperti bisikan kecil keluar dari
bibir tipis. Dia sebutkan berulang ulang: “bebas,
bebas, bebas!”
Tatapan
kosong dan ketakutan terlihat di mata. Dua bola mata tajam dan
bersinar. Detak jantung cepat, dan darah hangat mengalir di setiap
inchi tubuhnya.
Ny.
Mallard tak berhenti bertanya apakah kami monster yang menguasai
dirinya. Persepsi bahwa kami monster, menyebabkan dia menolak saran
saran kami, meskipun sepele.
Dia
tahu, dia akan menangis kembali jika melihat tangan lembut terlipat
dalam kematian; wajah yang tak pernah terlihat terlindungi, menatap
dengan penuh cinta, kaku dan pucat,
dan telah mati.
Tapi,
dia melihat di luar batas kepahitan panjang, dan telah menjadi bagian
absolut diri. Ny. Mallard membuka tangan lebar lebar kepada siapa
saja yang menerima dengan lapang dada.
Tak ada kekuatan apapun yang akan membuatnya bertekuk lutut atas kepercayaan bahwa manusia punya hak untuk memaksa keinginannya terhadap mahluk lain.
Perhatian yang baik maupun yang jahat akan terlihat bukan tindakan kriminal sejauh dilakukan saat momen momen pencerahan.
Dan Ny. Mallard mencintai sang suami – kadang kadang. Tapi, sering, dia tidak mencintai dengan sesungguh hati. Apanya yang jadi masalah. Apakah cinta, sebuah misteri tak terungkap, dihitung sebagai hak milik yang hanya kadang kadang diakui keberadaannya?
# Bersambung ke bagian 3!
Diterjemahkan
dari judul asli: The Story of an Hour oleh Kate
Chopin