Ilustrasi
(credit to Amazon).
Mengetahui
bahwa Ny. Mallard menderita sakit jantung, perhatian besar diberikan
kepadanya, terutama
untuk menyampaikan berita kematian sang suami dengan hati hati.
Josephine
sang adik, mendekati kakaknya, dan berbicara dengan kata terpatah
patah: membuka fakta dengan setengah disembunyikan.
Teman
suaminya, Richard juga berada di samping.
Dia yang berkunjung
ke
kantor sebuah surat kabar, menyaksikan kedatangan seorang intel
tentang bencana rel kereta api yang membawa daftar korban, dimana
tertulis nama Brently Mallard.
Richard
tak percaya, kemudian memastikan sambil menunggu telegram kedua, dan
takkan tergesa gesa untuk membuat kesimpulan tentang kematian teman,
serta berfikir cara tepat untuk menyampaikan berita duka.
Ny.
Mallard tidak seperti wanita lainnya, mampu menerima berita duka
dengan tegar. Dia menangis, tiba tiba menepis tangan adik yang
memeluk. Lalu masuk ke kamar, tanpa ada yang berusaha mengikutinya.
Ada
yang berdiri, menatap jendela yang terbuka, ruangan yang diisi kursi
empuk. Dalam situasi seperti ini, Ny. Mallard tenggelam dalam
kesedihan, badan kelelahan menusuk sampai ke sanubari terdalam.
-----------------------------
Dia
dapat melihat dari halaman terbuka puncak pohon yang melambai lambai
sebagai tanda kehidupan baru di musim semi. Udara nyaman setelah
hujan turun.
Seorang
pedagang menjajakan dagangan melintas di jalan. Nyanyian yang
dinyanyikan terdengar samar, dan burung gereja yang jumlahnya tak
terhitung berkicau di atas atap rumah.
Dari
arah barat jendela, terlihat jejak jejak langit biru dan awan yang
saling tumpang tindih satu sama lain.
Dia
duduk dengan kepala yang menyandar di kursi, diam tak bergerak,
kecuali jika sedang menangis sehingga ada sesuatu keluar dari
tenggorokan dan akan
membuatnya
terguncang, seperti bayi yang menangis terisak isak sampai terbawa
mimpi.
Saat
muda, wajah Ny. Mallard boleh dikatakan tenang, garis di muka
menunjukkan represi dan bahkan, barangkali
kekuatan tertentu.
Tapi
sekarang, matanya menatap hampa, mengarah ke langit biru yang kosong.
Bukan refleksi tiba tiba, tapi mengindikasikan pikiran intelektual
yang mati.
Ada
sesuatu yang akan datang dan ditunggu dengan penuh ketakutan.
Apa
itu?
Dia
tidak tahu: terlalu samar dan dihindari untuk menyebutnya. Tapi, Ny.
Mallard dapat
merasakan,
merangkak di angkasa, merasuk pikirannya melalui suara, bau dan warna
yang memenuhi udara.
#
Bersambung!
Diterjemahkan
dari judul asli: The Story of an Hour oleh Kate
Chopin