Bandingkan dua dialog kampanye pilpres dari dua negara berbeda di bawah ini. Bisakah anda menebak yang mana terjadi di Indonesia dan berlangsung di negara demokrasi lain?
Dialog kampanye capres cawapres di negara 1 (satu):
"Tenang.... bapak bapak ibu ibu.... tenang....Saya sudah ada di sini"
Susu ... susuu.... Susuuu .... mana susu saya?
"Tenang .... tenang..... susunya ada di sini.... tenang.... semua dapat... "
Mana dia?.... mana susu saya?.... susu.... susuu.....
# Rakyat tenang setelah dapat susu, sembako, amplop beserta kupon.
## Posting penting:
Dialog kampanye capres cawapres di negara 2 (dua):
"Upah minimum akan saya naikkan 50%"
Omong kosong, bagaimana caranya?
"Saya akan berikan "insentif pajak" untuk perusahaan yang menaikkan upah buruh."
Jelaskan lebih detail
"Misalnya perusahaan menaikkan upah 10%, maka akan saya kurangi pajak penghasilan perusahaan cuma 1%"
Terus?
"Jika menaikan upah 50%, maka pengurangan pajak akan berkali kali lipat, misalnya 25%.... jadi dengan menaikkan upah, perusahaan akan UNTUNG besar, karena upah buruh hanya komponen kecil dari cost perusahaan"
"Dan yang terpenting, upah buruh tinggi, maka konsumsi tinggi..... mendorong pertumbuhan ekonomi..... negara untung, rakyat untung, perusahaan untung .... semua UNTUNG."
# Tepuk tanganpun meriah..... plok plok plok......
-------------------------------------------------------------
Dari dua dialog di atas, anda pasti tahu, yang mana satu dialog pilpres yang berlangsung di Indonesia.
Hanya informasi, di Indonesia, mayoritas, 60% pemilih adalah tamatan SMP ke bawah.
Dari yang berpendidikan rendah ini, paling sedikit ada sekitar 24 juta yang sangat miskin, kelaparan.
Mayoritas 60% ini TIDAK butuh program kerja dari capres cawapres. Bahkan mereka TIDAK butuh kampanye serius sama sekali.
Terus, apa yang mereka butuhkan?
Ya, jogat joget.
Terus?
Mereka butuh Indomie, susu, sembako, amplop, kupon berhadiah, bantuan bantuan langsung yang nyata.
-------------------------------------
Setelah itu, berantam pula antara aparat dan pengurus partai di level sampai ke desa desa soal kotak suara dan penghitungan suara,
Kecurangan ada di mana mana!
Jadi, ya, untuk apa demokrasi yang memakan biaya sampai Rp72 Triliun?
Bagaimana menurut pendapat anda?
### Posting sebelumnya:
Entahlah yang mana baiknya?
ReplyDeleteDemokrasi aja deh biar tetap bisa joget2 wkwk
hehehe.... ternyata demokrasi itu luxury untuk negara berkembang....
DeleteThanks-
Masihkah Indonesia Membutuhkan Demokrasi? - Tibak 96