“Berapa uang yang engkau miliki?”
Akupun merogoh saku, tanpa menghitung, kuserahkan uang yang jumlahnya entah berapa.
Tak lama kemudian, “Mis,” nama “nickname” yang biasa aku pakai untuk menyebut “Miskaruddin,” datang dengan sekantong “roti gabin.”
Kadang kadang, aku memanggilnya dengan “Miske,” biar kelihatan kayak Belanda atau ada bau Eropa.
===========
Kami menikmati roti gabin sambil mendengar lagu Bimbo dari kaset yang diputar oleh awak Kapal Perintis.
Ya, kami naik Kapal Perintis dari Tanjung Pinang ke Tambelan via Tarempa dan Letung.
Menjelajah laut Cina Selatan.
Apa yang mempesona dari Laut Cina Selatan atau Laut Natuna?
Diantaranya adalah Ikan Terbang dan Lumba-lumba
Aku suka melihat Ikan Terbang yang terkadang menghantam lambung kapal.
Lalu kami menebak nebak, apakah si Ikan Terbang akan meloncat ke dalam kapal?
Karena kami masih SD, tentu, tak lupa, kami bercerita tentang angan angan masa depan.
Akupun bercerita tentang surat dari salah satu om, betapa mempesonanya hidup di Eropa.
Angan anganku pun melayang untuk ke sana suatu masa nanti.
Miskarudin, sohibku, tertarik dengan kalimat “Ini Medan Bung.”
Ternyata kemudian?
Aku pernah studi di Eropa dan Miskaruddin menyelesaikan studi lanjutnya di USU, Medan.
Ah, “Ini Medan Bung!”
# Sudah 30 tahun Kami tidak pernah bertemu…. Selamat jalan kawan!!
Nostalgia masa kecil ya, Mas Tanza? Haru membacanya. Karena ucapan Selamat jalannya. 😭😭
ReplyDeleteya.... banyak berita kematian, akhir akhir ini...
DeleteThanks atas kunjungannya-
Ini Medan Bung - In Memory untuk Miskaruddin
Ikut berduka Mas Tanza...
ReplyDeletethank you atas kunjungannya-
DeleteIni Medan Bung - In Memory untuk Miskaruddin
Kenangan waktu kecil yang tidak akan terlupakan
ReplyDeleteyup....
DeleteThanks atas kunjungannya-
Ini Medan Bung - In Memory untuk Miskaruddin
Turut berduka cita Pak. Pandemi Covid, berita kematian hampir tiap hari. Semoga selalu sehat.
ReplyDeletesemoga semuanya cepat berlalu.... aamiin YRA
DeleteTurut berduka atas kepergian sang sahabat.
ReplyDeletethank you
Delete