Setelah
hiruk pikuk akan berpasangan dengan “istri orang,” yang notabene
adalah meng-abadikan “nepotisme,” akhirnya Isdianto mendengarkan
“sabda” rakyat, sabda langit.
Ini
sekaligus sebagai “edukasi” politik yang bisa diselipkan saat
kampanye dan temu masyarakat bahwa:
-
siapa saja bisa menjadi peserta pilkada asal punya “track record”
sebagai pejabat publik, bukan semata mata karena dia ibu rumah tangga
dan istri orang (bini pejabat).
Terang
benderang, Suryani pasangan Isdianto adalah anggota legeslatif, DPRD
Kepri dari partai PKS, untuk maju di Pilgub Kepri 2020.
Dua
periode terpilih sebagai anggota DPRD Kepri menunjukkan Suryani punya
“jam terbang” yang sangat memadai dalam dunia politik Kepri.
Beberapa
posting saya pernah menyinggung tentang Isdianto, mulai dari puja
puji sampai ke kritik pedas, diantaranya adalah sbb:
Apa
keunggulan dan bagaimana peluang MENANG pasangan Isdianto dan
Suryani?
----------------------------------------------------------
Sudah
saya tulis berkali kali tentang keunggulan sebagai “incumbent,”
diantaranya:
-
Menguasai logistik yang “melimpah”
-
Bisa mengakses birokrat sampai ke desa, RT/RW
-
Punya wewenang untuk berkoordinasi dengan aparat, baik Polisi, TNI,
termasuk Babinsa soal keamanan pilkada.
Untuk
kasus Isdianto, ini keunggulan berpasangan dengan Suryani dan
kemudian didukung oleh PKS dan partai Hanura:
-
Partai PKS mengantarkan Prabowo-Sandi meraup suara 52% umat Islam. PS
kalah karena suara non-muslim.
-
Hanura adalah partai nasionalis yang konstituennya terdiri dari semua
etnis dan agama.
Mayoritas
penduduk Kepri, dan orang Melayu Kepri yang muslim, ditambah
demograpi Kepri yang multi-etnis dan multi-agama, merupakan peluang
besar untuk Isdianto dan Suryani. PKS dan Hanura adalah kartu “as.”
Apakah
semua sumber keunggulan ini bisa mengantarkan Isdianto dan Suryani
menang Pilgub Kepri 2020? Mari kita tunggu.
No comments:
Post a Comment