Debat Capres-Cawapres 2019, credit to Republika
Kilas balik debat capres 2014, menurut saya, secara keseluruhan
Prabowo tampil “ragu ragu” dalam menyampaikan argument: cenderung mengambang
dan tanpa sumber.
Hanya sebagai
contoh, ketika menyebut kata “bocor,” Prabowo tidak menerangkan
secara singkat makna kata itu, dan dari mana sumbernya?
Padahal sumbernya
jelas dari begawan ekonomi Indonesia, Prof. Dr. Sumitro
Djojohadikusumo. “Bocor” menurut beliau adalah dana yang
berkurang, hanya sebagian saja benar benar sampai ke tangan pemborong
atau diimplementasikan di lapangan.
Kebocoran terjadi
oleh beberapa sebab: komisi pejabat, dana konsultasi, dana untuk
pengawasan, dana administrasi dan sebagainya. Tentu saja korupsi
termasuk kategori kebocoran.
Kebocoran 30%
terjadi pada proyek proyek yang didanai oleh bank dunia. Sumber dana
lokal, silahkan ditanya ke pemborong. Paling paling yang sampai ke
tangan mereka 55%. Bocornya 45%.
Soal bocor ini,
pernah menjadi berita hangat tahun 1990-an awal. Prof. Sumitro sempat
dipanggil Presiden Suharto. Ketika ditanya wartawan, apakah beliau
“dimarahi” presiden, beliau menjawab dengan humor:”loh...sayakan
besannya.”
Tentu saja konteks
“bocor” di era presiden Suharto dan debat capres 2014 berbeda.
Tapi sebab musabab bocor tetap sama. Masa sih dana pembangunan
diemplementasikan 100% di lapangan? Tanpa bocor?
Seandainya, kemudian
Prabowo mengkaitkan jumlah orang miskin di Solo ketika Jokowi menjadi
walikota dengan menyebut sumber datanya (bukan hoaks). Adalah bukti
bahwa:
1. Dana pembangunan
“tidak memadai” untuk menekan jumlah orang miskin. Selain tidak mencukupi, bisa juga karena ada kebocoran. Apakah Jokowi menerima 100% dana pembangunan dari yang diusulkan?
2. Cara tidak
bermoralnya walikota Solo “mengutak atik” data kemiskinan, agar
bisa mengajukan penaingkatan dana APBD.
Sekali lagi, kalau
saja, Prabowo belajar cara cara “mengeksekusi” lawan debat dari
Rocky Gerung dan Fahri Hamzah, serta bahkan dari Ruhut Sitompul, maka
Jokowi akan kalah telak dalam debat capres 2014 lalu.
Sekarang, 2019,
banyak sekali data data yang “melawan” Jokowi, diantaranya:
Esemka hanya isapan jempol; pertumbuhan tidak 7%; mangkraknya proyek
jalan tol; hutang membumbung; impor yang “membunuh” petani dan
sebagainya. Semoga menjadi topik debat yang diangkat ke permukaan.
Jika Jokowi
berkelit, seperti tahun 2014 bahwa banjir di Jakarta akan beres
dengan beliau menjadi presiden. Kemudian beliau berkelit, semuanya
akan beres kalau dia memegang jabatan dua periode. Maka, segera
eksekusi beliau di forum debat tanpa ampun. Jangan biarkan orang
seperti ini “berbohong” di depan publik.
Jangan pernah dibiarkan, calon presiden berbicara sesuka hati di depan ratusan juta rakyat Indonesia. Jangan pernah dibiarkan, calon presiden "gombal" di depan rakyat!
Jangan pernah dibiarkan, calon presiden berbicara sesuka hati di depan ratusan juta rakyat Indonesia. Jangan pernah dibiarkan, calon presiden "gombal" di depan rakyat!
Terakhir, debat
pertama pilpres 2019, tanggal 17 Januari, topiknya: Hukum, HAM,
korupsi dan terorisme. Hampir pasti, HAM era Suharto akan diungkit
ungkit. Petanyaannya, apakah HAM di era Jokowi lebih baik? Semoga
segera dibandingkan !
tanda tak pede?
ReplyDeleteThank you:
DeletePilpres 2019: Prabowo Tampil Ragu Ragu Ketika Debat
-
Debat Capres-Cawapres 2019, credit to Republika
Pilpres 2019- Prabowo Tampil Ragu Ragu Ketika Debat
Deletemenyimak Pilpres 2019- Prabowo Tampil Ragu Ragu Ketika Debat
ReplyDelete